Kegiatan
menulis berfungsi untuk mengenali kemampuan dan potensi diri sampai mana
pengatahuan kita tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik kita terpaksa
berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam
bawah sadar.
Tahap-tahap
penulisan adalah sebagai berikut :
1)
Pra
penulisan, pada tahap ini penulis biasanya menentukan topik menentukan judul
dan memilih bahan-bahan penulisan.
2)
Penulisan,
pada tahap ini penulis mulai menyusun paragraf dan kalimat, memilih kata-kata
yang tepat.
3)
Revisi,
pada tahap ini penulis melakukan perbaikan buram pertama dan pembacaan ulang
tulisan tersebut.
Tahap
Pra penulisan yang pertama adalah penentuan topik, menentukan tujuan dan
menentukan bahan.
a)
Penentuan
topik, topik dapat diperoleh dari berbagai sumber dan harus fakta bukan fiktif.
Topik harus di batasi agar penulis lebih mempersempit bahan penulisan dan
mempermudah penulis menyelesaikan penulisannya.
b)
Menentukan
tujuan, setiap penulisan harus mempunyai tujuan yg jelas agar dapat di
pertangung jawabkan nantinya
c)
Menentukan
bahan, yang dimaksud bahan penulisan adalah semua informasi atau data yang
dipergunakan untuk tujuan penulisan. Dapat berupa rincian, sejarah kasus,
definisi, fakta, angka-angka, grafik, dan sebagainya.
Tahap
penulisan
Dalam
tahap ini yang dibahas adalah setiap butir topik yang ada dalam kerangka yang
disusun. Untuk mengembangkan gagasan menjadi karangan yang utuh, diperlukan
penguasaan bahasa, sehingga harus mampu memilih kata/istilah yang tepat,
menggunakan kalimat efektif, penyusunan paragraf yang memenuhi persyaratan dan
lain-lain.
Revisi
Setelah tulisan selesai maka tulisan itu harus dibaca kembali,
karena ada kemungkinan terjadi kesalahan baik dari segi logika, ejaan,
pemilihan kata, kalimat pengetikan catatan kaki, daftar pustaka, dan
sebagainya.
Contoh Penulisan
LAPORAN PENELITIAN
MAGANG SEBAGAI JEMBATAN MOBILITAS SOSIAL
DARI PETANI MENJADI PERAJIN
I.
Pendahuluan
Perajin sering dipandang memiliki status
sosial lebih tinggi daripada petani. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan
bahwa seorang perajin biasanya bekerja didalam rumah, terlindung dari terik
sinar matahari sehingga suasananya tampak nyaman. Sebaliknya, Petani harus
bekerja disawah, dibawah sengatan sinar matahari dan kadang harus bergemul
dengan kotoran-kotoran yang berbau tidak sedap. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika sebagian masyarakat pedesaan menganggap bahwa pekerjaan perajin
lebih berprestise daripada petani meskipun hanya menjadi perajin industri kecil
dengan skala usaha yang masih terbatas.
Lapangan pekerjaan disektor industri kecil
yang makin terbuka menyebabkan terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi
perajin. Meskipun Sebenarnya mereka belum memiliki keahlian yang memadai,
terlebih lagi tingkat pendidikan mereka sebagian besar (73%) masih
berpendidikan SD kebawah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa
produktivitas kerja dan hasil yang mereka peroleh amsih rendah.
Berkaitan dengan hal diatas, perlu
dilaksanakan penelitian yang seksama mengenai mobilitas sosial dan petani
menjadi perajin. Dalam laporan ini, objek penelitiannya adalah masyarakat
pedesaan disekitar Surakarta, Jawa Tengah.
II.
Tujuan Penelitian
1.
Menelaah penyebab terjadinya penyebab mobilitas sosial dari petani menjadi
perajin.
2. Memberikan penyadaran pada masyarakat
dampak industrialisasi.
III.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
survey secara kualitatif dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber.
Digunakannya metodologi kualitatif ini agar hasil yang dicapai benar-benar
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkahh kerjanya
sebagai berikut :
1.
Menentukan objek penelitian
2.
Melakukan wawancara dengan narasumber
3.
Mengklasifikasi Masalah
4.
Merumuskan masalah
5.
memberikan solusi/simpulan
IV.
Hasil Penelitian
Berdasarkan
Survey yang telah dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mobilitas
sosial dari petani menjadi perajin melalui proses magang sebagai berikut :
1.
Pengaruh media masa
Media masa baik berupa elektronik maupun
cetaktelah membawa pengaruh yang besar terhadap pola pikir masyarakat pedesaan.
Selama ini media masa selalu mengangkat kesuksesan-kesuksaesan para perajin.
Dengan demikian, lambat laun opini publik tersebut akhirnya mendo rong petani
untuk menjadi perajin.
2.
Dukungan keluarga dan masyarakat
Keluarga, kerabat dan komunitas yang
melatari kehidupan petani sering memberikan saran dan harapan yang besar untuk
menjadi seorang perajin. Mereka selalu memandang orang-orang yang telah sukses
berkat usaha menjadi seorang perajin industri kecil meskipun mereka masih
berstatus magang atau buruh kontrak.
3.
Sektor perekonomian indonesia yang lebih mengutamakan induatri daripada
petanian
Perokonimian negara kita yang ikut terbawa
arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah
mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa
investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri.
4.
Tingkat pendidikan yang rendah
Rendahnya tingkat pedidikan mereka dan
keahlian yang belum memadai, membuat mereka tidak meminliki sistem kontrol diri
yang kuat. Konsep diri yang lemah ini membuat mereka mudah terbawah arus jaman.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan para petani melakukan
mobilita sosial menjadi perajin. Jika tidak ada suatu program penyadaran baik
dari pemerintah maupun masayarakat setempat, dapat dipastikan asil produksi
pertanian akan makin berkurang sehingga negara pun akan mengimpor beras dari
luar negeri.
Akhirnya, diharapkan penelitia ini mampu memberikan penyadaran pada
masyarakat dan dapat menjadi masukan untuk pihak-pihak berwenang memberikan
kebajikan.
Sumber : Rank Karsidi, Poedagogia Jilid 3, Nomor 1
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar